IN ENGLISH VERSION CLIK HERE
ABSTRAK
Kemampuan berbahasa lisan di kelas B TK Aisyiyah VII Purnamandala masih rendah, hanya 40 % siswa yang memiliki kemampuan berbahasa lisan tinggi. Penelitian ini secara umum bertujuan untuk meningkatkan berbahasa lisan, secara khusus mengetahui seberapa besar kemampuan berbahasa lisan melalui penerapan / penggunaan metode bercerita. Rumusan masalah pada penelitian ini bagaimana cara meningkatkan kemampuan berbahasa lisan melalui penerapan / penggunaan metode bercerita di TK Aisyiyah VII Purnamandala.
Penelitian ini dilaksanakan Kelas B di TK Aisyiyah VII Purnamandala Kecamatan Wonosobo Tahun Pelajaran 2009 / 2010. Subyek penelitian 23 anak didik terdiri laki-laki 13 anak dan perempuan 10 anak. Penelitian dilakukan selama 2 (dua) siklus dengan prosedur umum meliputi tahapan 1) Planning yaitu merencanakan tindakan yang akan dilakukan, 2) Acting yitu melaksanakan tindakan rencana, 3) Observasi yaitu melakukan pengamatan kemampuan berbahasa lisan dan, 4) Reflecting yaitu melakukan analisis kekuatan dan kelemahan perbaikan pembelajaran. Data penelitian ini adalah data kemampuan berbahasa lisan anak didik, instrumen pengambilan data dengan lembar pengamatan dan teknik pengumpulan data melalui observasi. Teknik analisis data dengan menggunakan metode deskriptif kompartif yaitu membandingkan pra siklus dan antar siklus.
Berdasarkan analisis data diperoleh hasil pada pra siklus : kemampuan berbahasa lisan 10 anak didik kategori tinggi, 8 anak didik kategori sedang dan 5 anak didik kategori rendah. Siklus I kemampuan berbahasa lisan 14 anak didik kategori tinggi 5 anak didik kategori sedang dan 4 anak didik kategori rendah.
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa penerapan / penggunaan metode, bercerita dapat meningkatkan kemampuan berbahasa lisan. Selain hal tersebut ada persepsi dn kesan siswa yang signifikan terahadap penerapan / penggunaan metode bercerita. Selain itu sekolah, pengambil kebijakan, peneliti lain dapat menggunakan sebagai bahan kajian untuk mengembangkan penelitian lebih lanjut tentang perbaikan pembelajaran guna meningkatkan kualitas poses belajar mengajar.
KATA KUNCI : Kemampuan berbahasa lisan, metode berceramah.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Taman Kanak-Kanak Aisyiyah VII Purnamandala terletak di Perumahan Purnamandala Blok M-15 Kelurahan Bumireso Wonosobo, merupakan Taman Kanak-Kanak Aisyiyah termuda di Kec. Wonosobo karena baru berdiri pada tahun 2007. Meskipun masih baru TK Aisyiyah VII Purnamandala telah memiliki sarana dan prasarana serta fasilitas pembelajaran yang memadai, keadaan fisik dan lingkungan yang kondusif, bahkan diawal berdirinya telah memiliki gedung sendiri dengan arena permainan yang cukup luas. Dukungan pengurus dan masyarakat terus mengalir baik berupa pemikiran, pendanaan maupun dukungan lain dalam rangka mewujudkan visi dan misi sekolah.
Namun demikian bila ditinjau dari hasil belajar anak didik belum sesuai harapan guru maupun orang tua sebagai user pendidikan berdasarkan hasil observasi dan refleksi diri ada beberapa masalah yang terjadi di TK Aisyiyah VII Purnamandala, yaitu adanya anak yang belum memahami konsep bilangan, anak-anak yang belum memahami huruf, anak-anak yang belum bisa bersosialisasi dengan teman sebaya dan rendahnya kemampuan anak didik dalam berbahasa lisan. Bila masalah ini tidak segera mandapat solusi maka sangatlah sulit hasil belajar anak didik mencapai prestasi yang memuaskan. Mengingat Taman Kanak-Kanak merupakan pendidikan yang disebut pra sekolah atau PAUD formal. Menurut Luluk Asmawati, pendidikan anak usia dini merupakan bentuk pendidikan yang fundamental dalam kehidupan seorang anak yang pendidikan pada masa ini sangat menentukan keberlangsungan anak itu sendiri juga bagi suatu bangsa. Oleh karena itu anak usia dini merupakan aset dan investasi masa depan bagi suatu bangsa. Bangsa Indonesia dua puluh lima tahun ke depan sangat bergantung pada anak–anak usia dini yang ada pada masa sekarang. Kita tidak dapat memungkiri bahwa pendidikan anak usia dini perlu mendapat perhatian yang sangat serius dari semua pihak baik, pemerintah, masyarakat dan pihak-pihak lain yang terkait dan memiliki perhatian terhadap pengembangan sumber daya manusia di masa datang. Oleh karena itu, kebijakan dan standarisasi teknis pendidikan untuk anak usia dini perlu dibuat dan disusun dengan pemikiran yang matang dan menyeluruh.
Bertitik tolak pada identifikasi masalah dan mengertian di atas berdasarkan analisis kemampuan dan daya dukung yang ada maka masalah yang segera mendapat solusi adalah rendahnya kemampuan berbahasa lisan. Mengingat kemampuan berbahasa lisan merupakan hal yang sangat penting untuk dikembangkan. Usia 3-4 tahun, sampai menjelang 12 tahun, merupakan waktu yang tepat bagi anak untuk menguasai bahasa kedua dengan lancar dan sesuai dengan pembicara asli. (Ladefoged, 1969 dan Flege 1981 dalam bredekamp, 1996).
Kenyataan yang terjadi di TK Aisyiyah VII Purnamandala pola bermain dan belajar mulai luntur. Masyarakat, orang tua, sekolah bahkan sekolah dasar sebagai user pemahaman pendidikan di TK mulai bergeser. Ironisnya penilaian pendidikan Taman Kanak-Kanak dikatakan bermutu jika out put anak didiknya mampu memiliki kompetensi berhitung, membaca dan menulis secara lancar anehnya lagi, ada suatu sekolah dasar memberlakukan calon anak didik baru dengan melakukan tes kemampuan berhitung, membaca dan menulis tingkat tinggi tanpa memperhatikan karakteristik perkembangan anak didik usia 5-7 tahun.
Seiring dengan perubahan kurikulum, bahwa kurikulum berbasis kompetensi menekankan pembelajaran bermakna, yaitu melalui pendekatan konstekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL) yang merupakan konsepsi membantu guru mengkaitkan konten materi pelajaran dengan situasi dunia nyata dan mendorong anak didik mengkaitkan antara pengetahuan dan penerapannya dalam kehidupan anak didik (E. Mulyasa, 2004 : 4). Untuk mengetahui peningkatan kemampuan berbahasa lisan anak didik terhadap perkembangan motoriknya, maka perlu dilakukan penelitian tindakan kelas melalui penerapan / penggunaan metode bercerita. Dengan melakukan penelitian ini diharapkan dapat mengatasi masalah rendahnya kemampuan berbahasa lisan anak didik dan dapat memberikan kontribusi pada anak didik sehingga meningkatkan kompetensinya.
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang dan indentifikasi masalah diatas, maka rumusan perbaikan pembelajaran melalui tindakan kelas ini sebagai berikut :
1. Bagaimana cara meningkatkan kemampuan berbahasa lisan melalui penerapan / penggunaan metode bercerita di TK ?
2. Bagaimanakah aktivitas anak didik terhadap penerapan / penggunaan metode bercerita di TK ?
Tujuan Penelitian
Penelitian ini secara umum bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berbahasa lisan, secara khusus berkaikan pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas ini untuk :
1. Mengetahui seberapa besar kemampuan berbahasa lisan anak didik TK Aisyiyah VII Pernamandala melalui penerapan / penggunaan metode bercerita.
2. Menyimpulkan aktivitas anak didik tentang pelaksanaan pembelajaran dengan menerapan / penggunan metode bercerita.
Manfaat Penelitian
Penelitian yang baik harus melahirkan suatu manfaat, tidak menjadi persoalan apakah manfaat yang dihasilkan itu manfaat praktis dan berjangka pendek ataupun manfaat secara teoritis dan hanya bisa dilihat mujudnya jauh dimasa depan. Demikian pula penelitian perbaikan pembelajaran ini, setelah menerapkan / penggunaan kegiatan bercerita, secara umum diharapkan dapat bermanfaat bagi :
a. Anak Didik
Manfaat perbaikan pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas ini, manfaat bagi anak didik meningkatkan kemampuan berbahasa lisan.
b. Guru
Manfaat perbaikan pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas ini, manfaat bagi guru, yaitu :
1. Memperbaiki kinerja guru dalam perbaikan pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan berbahasa lisan.
2. Guru dapat berkembang secara profesional karena dapat menunjukkan bahwa ia mampu menilai dan memperbaiki pembelajaran yang dikelolanya
3. Guru lebih percaya diri, jika PTK mampu membuat guru berkembang sebagai pekerja profesional, maka sebagai kosekuensinya, PTK juga mampu membuat guru lebih percaya diri.
4. Guru mendapat kesempatan untuk berperan aktif mengembangkan pengetahuan dan keterampilan sendiri.
c. Sekolah
Manfaat perbaikan pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas ini, manfaat bagi sekolah, yaitu :
1. Meningkatkan kualitas pendidikan untuk para siswa
2. Memberikan sumbangan yang positif terhadap kemajuan sekolah, yang tercermin dari peningkatan kemampuan profesional para guru, perbaikan proses dan hasil belajar siswa, serta kondusifnya iklim pendidikan di sekolah tersebut.
3. Memberikan kontribusi yang baik dalam peningkatan proses pembelajaran untuk semua mata pelajaran.
d. Pendidikan
Manfaat perbaikan pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas ini, manfaat bagi pendidikan, yaitu :
1. Memberikan landasan dan argumentasi bagi kebijakan yang akan diambil guna peningkatan mutu pendidikan
2. Sebagai bahan kajian untuk mengembangkan penelitian lebih lanjut tentang perbaikan pembelajaran guna meningkatkan kualitas proses belajar mengajar.
KAJIAN PUSTAKA
Kerangka Teori
1. Kemampuan Berbahasa Lisan
Standar kompetensi anak usia dini adalah standar kemampuan anak usia 0-6 tahun yang didasarkan pada perkembangan anak. Standar kompetensi ini digunakan sebagai acuan dalam mengembangkan kurikulum anak usia dini terdiri atas pengembangan aspek–aspek sebagai berikut : a) Moral, nilai-nilai agama, sosial, emosional dan kemandirian, b) bahasa, c). kognitif, d) fisik / motorik dan e) seni. Pada penelitian ini aspek yang akan digunakan untuk perbaikan pembelajaran adalah aspek bahasa.
Dalam kerangka dasar kurikulum 2004, menyebutkan pengertian kemampuan atau kompetensi merupakan pengetahuan, ketrampilan, sikap dan nilai-nilai yang diwujudkan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak (Depdiknas, 2004 : 2). Kompetensi dapat dikenali melalui sejumlah hasil belajar dan indikator yang dapat diukur dan diamati, kemampuan dapat dicapai melalui pengalaman belajar yang dikaitkan dengan bahan kajian dan bahan pelajaran secara konstekstual. Pengertian kompetensi menurut E. Mulyasa, menyatakan bahwa kompetensi merupakan perpaduan dari pengetahuan, ketrampilan, nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak (E. Mulyasa, 2002 : 37).
Pengertian berbahasa lisan dikutip dari Ensi Klopedia bebas (23 Juli 2009) berbahasa lisan adalah suatu bentuk komunikasi yang unik dijumpai pada manusia yang menggunakan kata-kata yang diturunkan dari kosa kata.
Dalam kamus besar bahasa Indonesia berbahasa lisan sama dengan bahasa percakapan.
2. Metode Bercerita
Pengertian metode bercerita dikutip dari Winda Gunarti (2008 : 5.3). Bercerita adalah suatu kegiatan yang dilakukan seseorang untuk menyampaikan suatu pesan, informasi atau sebuah dongeng belaka, yang bisa dilakukan secara lisan atau tertulis. Cara penuturan cerita tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan alat peraga atau tanpa alat peraga.
Menurut RUA Zainal Fanani (2007) mengemukakan bahwa bercerita / mendongeng adalah metode komunikasi universal yang sangat berpengaruh kepada jiwa manusia. Melalui cerita-cerita / dongeng yang baik, sesungguhnya anak-anak tidak hanya memperoleh kesenangan atau hiburan saja, tetapi mendapatkan pendidikan yang jauh lebih luas, bahkan tidak berlebihan bila dikatakan bahwa cerita ternyata menyentuh berbagai aspek pembentukan kepribadian anak-anak. Cerita secara faktual erat sekali hubungannya dengan pembentukan karakter, bukan saja karakter manusia secara individual, tetapi juga karakter manusia dalam sebuah bangsa. Tidak heran bila banyak pakar kebudayaan yang menyatakan bahwa nilai jati diri, karakter dan kepribadian sebuah bangsa dapat dilihat dari cerita. Cerita rakyat yang hidup di bangsa itu. Kalau begitu, jelas bercerita bukanlah suatu yang berakibat sederhana. Cerita berpengaruh amat besar dalam jangka panjang, sampai–sampai dikatakan menjadi faktor dominan bagi bangunan karakter manusia di suatu bangsa.
3. Anak Didik
Dalam kamus besar bahasa Indonesia anak didik adalah seorang yang diasuh orang lain.
Hipotesis Tindakan
Berdasarkan uraian kerangka teori di atas, maka hipotensis tindakan perbaikan pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas ini adalah :
1. Penerapan / penggunaan dapat meningkatkan kemampuan berbahasa lisan.
2. Ada aktivitas anak didik yang signifikan terhadap penerapan / penggunaan metode bercerita.
Kriteria Keberhasilan
Indikator yang digunakan untuk mengukur keberhasilan kemampuan berbahasa lisan adalah kemampuan anak didik dalam 1) Menyimak / mendengarkan cerita, 2) Menjawab pertanyaan tentang isi cerita yang telah disajikan, 3) Memberikan komentar atas pendapat tentang permasalahan yang muncul pada cerita tersebut, 4) Menyebutkan dan menceritakan perbedaan dua benda, 5) Bercerita tentang gambar yang sudah dibuat sendiri, 6) Mengurutkan dan menceritakan isi gambar seri. 7) Mencoba dan menceritakan apa yang terjadi jika benda-benda dimasukkan ke dalam air 8) Menceritakan pengalaman / kejadian secara sederhana dengan urut. 9) Bercerita menggunakan kata ganti aku, saya 10) Mendengarkan dan menceritakan kembali cerita secara urut dengan kriteria skor 75-85 tinggi, skor 60-74 sedang dan skor 50-64 rendah. Setelah pelaksanaan perbaikan pembelajaran ini dilakukan 2 siklus, maka indikator keberhasilan sebagai berikut :
1. Perbaikan pembelajaran kemampuan berbahasa lisan dinyatakan berhasil jika 75% anak didik memiliki kemampuan berbahasa lisan tinggi.
2. Aktivitas anak didik terhadap penerapan / penggunakan metode bercerita dinyatakan berhasil, jika 75% anak didik menyatakan tinggi / baik.
PELAKSANAAN PERBAIKAN
Subyek Penelitian
1. Subyek perbaikan pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas ini adalah anak didik kelompok B TK Aisyiyah VII Purnamandala, dengan jumlah 23 anak didik, terdiri dari 10 perempuan dan 13 laki-laki dan karakateristik anak didik memiliki kemampuan dan potensi yang heterogen.
2. Setting Penelitian
Setting perbaikan pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas pada kemampuan dasar bahasa dilakukan di TK Aisyiyah VII Purnamandala, Kecamatan Wonosobo, Kabupaten Wonosobo. TK Aisyiyah VII Purnamandala tersebut tempat peneliti melaksanakan tugas mengajar sehingga tidak mengganggu kegiatan belajar mengajar.
3. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan selama 2 siklus, sebagai berikut :
Siklus I
a. Hari / Tanggal : Senin, tanggal 5 Oktober s/d Jum’at,
Tanggal 9 Oktober 2009
b. Kemampuan Dasar : Bahasa
c. Tema : Kebutuhanku
Siklus II
a. Hari / Tanggal : Senin, 12 Oktober s/d Jum’at, tanggal
16 Oktober 2009
b. Kemampuan Dasar : Bahasa
c. Tema : Kebutuhanku
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Diskripsi Per Siklus
1. Siklus I
Dalam perbaikan pembelajaran ini ingin mengetahui seberapa besar kemampuan berbahasa lisan anak didik dan mengumpulkan data aktifitas anak didik tentang pelaksanaan perbaikan kegiatan pengembangan dengan penerapan / penggunaan metode bercerita. Data yang digunakan analisis penelitian ini berupa skor pengamatan dan diinterpretasikan dalam analisis kualitatif berupa tinggi, sedang dan rendah.
Setelah melaksanakan perbaikan kegiatan pengembangan siklus I diperoleh data tentang kemampuan berbahasa lisan diambil setelah melakukan perbaikan kegiatan pengembangan pada akhir siklus. Instrumen data berupa lembar pengamatan yang terdiri dari 10 aspek yaitu : 1) Anak tampak asik menyimak / mendengarkan cerita 2) Anak mampu menjawab pertanyaan tentang isi cerita yang telah disajikan 3) Anak dapat memberikan komentar / pendapat tentang permasalahan yang muncul pada cerita tersebut. 4) Anak dapat mendengarkan mendengarkan dan mencerita kembali cerita secara urut. 5) Menceritakan pengelaman / kejadian secara sederhana dengan urut 6) Bercerita menggunakan kata ganti aku, saya. 7) Mengurutkan dan menceritakan isi gambar seri 8) Bercerita tentang gambar yang disdiakan atau yang dibuat sendiri 9) Mmeabca buku cerita bergambar yang memiliki kalimat yang sederhana dan menceritakan isi buku dengan menunjuk beberapa kata yang dikenalinya. 10) Membuat gambar dan menceritakan isi gambar dengan beberapa coretan / tulisan yang sudah berbentuk huruf.
Hasil lembar pengamatan kemampuan berbahasa lisan diperoleh hasil sebagai berikut : skor tertinggi 10, skor terendah 4, skor rerata 6,4 skor modus 7 maih ada 14 siswa (60%) yang mendapat skor dibawah rata-rata. Bila data tersebut diinterpretasikan dalam kategori kemampuan berbahasa lisan tinggi, sedang dan rendah diperoleh hasil sebagai berikut : kemampuan berbahasa lisan skor 8-10 kategori tinggi kemampuan berbahasa lisan skor 4-7, kategori sedang dan kemampuan berbahasa lisan skor 1-3 kategori rendah. Dari tabel diatas diperoleh data sebagai berikut : pada siklus I : kemampuan berbahasa lisan 7 anak didik kategori tinggi,14 anak didik kategori sedang dan 2 anak didik kategori rendah.
Penelitian Tindakan Kelas : MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBAHASA LISAN ANAK DIDIK MELALUI METODE BERCERITA PADA KELOMPOK B DI TAMAN KANAK-KANAK AISYIYAH VII PURNAMANDALA KECAMATAN WONOSOBO KABUPATEN WONOSOBO SEMESTER I TAHUN PELAJARAN 2009 – 2010
Label:
PTK
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar