Berikut penyataan dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Mochammad Nuh sehari sebelum Pengumuman Hasil UKA 2012 yang kami kutip dari http://www.jambiekspres.co.id antala lain sebagai berikut :
Hasil UKA Jeblok, rerata tertinggi hanya mencapai 58,87 , nilai rata-rata pengawas jauh lebih rendah dibandingkan guru-guru, bagi guru yang dinyatakan tidak lulus UKA bisa ikut lagi tahun depan. Sebelum ikut UKA lagi, mereka akan digembleng untuk dibina pada Mei dan Juni nanti. Dengan jadwal ini, diharapkan pada tahun ajaran baru 2012-2013, para guru yang tidak lulus UKA ini bisa mengajar lebih mantab.
Berikut berita selengkapnya....
JAKARTA - Bila hasil uji kompetensi akademik (UKA) guru dijadikan patokan kualitas, maka masyarakat harus prihatin. Ujian yang akan dipakai sebagai patokan ikut sertifikasi dan pemberian tunjangan profesi itu, hasilnya jeblok.
Dengan nilai maksimal 100, nilai rerata tertinggi hanya mencapai 58,87. Angka itu dicapai oleh guru di jenjang taman kanak-kanak (TK). Nilai rerata terendah adalah 32,58, yang dicapai para penawas sekolah.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Mochammad Nuh cukup prihatin dengan hal capaian para pengawas itu. "Harus dievaluasi total ini. Harusnya nilai yang mengawasi itu lebih bagus daripada yang diawasi," katanya. Namun pada kenyataannya, nilai rata-rata pengawas jauh lebih rendah dibandingkan guru-guru di tingkatan TK, SD, SMP, SMA, SMK, dan SLB.
Nuh menduga beberapa penyebab jebloknya nilai pengawas. Pertama, jabatan pengawas rata-rata di isi guru tua atau senior. Jabatan ini, dijadikan sebagai jenjang karir terakhir bagi guru. Setelah menjadi guru, lalu wali kelas. Terus menjadi wakil kepala sekolah, kemudian kepala sekolah. Terakhir baru menjadi pengawas sekolah. Dalam kondisi ini, faktor umur menjadi dominan dalam penentuan jabatan seorang pengawas sekolah.
Dugaan kedua, berlaku prinsip "dari pada nganggur" dalam penentuan posisi pengawas sekolah. Nuh menerangkan, ada kecenderungan kepala sekolah yang tidak lagi menjabat dan usianya mendekati pensiun, didaulat menjadi pengawas sekolah. Bagimanapun komptensinya, dia tetap dijadikan pengawas. "Intinya itu tadi, dari pada nganggur," katanya.
Nuh meminta ada perbaikan serius dalam penentuan sorang guru untuk dipromosikan menjadi pengawas. Tidak boleh hanya karena umurnya sudah tua. Atau juga tidak boleh karena alasan dari pada nganggur. Posisi pengawas cukup strategis, karena bertugas mengawasi jalannya pendidikan di tingkat sekolah.
Menteri asal Surabaya itu juga mengatakan, akan memberlakukan agenda khusus saat PLPG (pendidikan dan latihan profesi guru) untuk para pengawas yang lulus UKA. Nilai tertinggi UKA untuk pengawas sekolah ini direngkuh S.T. Syuhaeni S. dari Dinas Dikpora Kab. Kepulauan Yapen, Provinsi Papua dengan nilai 72.
Menurut Nuh, rata-rata nilai peserta UKA memang kurang bagus. Dia mengatakan, paling tinggi rata-rata didapat oleh guru kelompok TK. Disusul kemudian SMA, SMK, SLB, SMP, dan SD.
Nuh mencoba optimistis dengan nilai rata-rata yang kurang memuaskan itu. Dia mengatakan, ada hal positif di balik perolehan nilai yang rata-ratanya tidak bagus itu. Pertama, menyebut kondisi ini membuktikan tidak terjadi kebocoran naskah soal UKA. "Jika bocor, tentu nilainya tidak seperti ini," katanya.
Kedua, nilai rerata yang kurang bagus ini menurut Nuh terjadi karena para guru mengerjakan soal dengan jujur. Tidak terjadi sontek masal. Sebab, jjika terjadi sontek masal di ruang ujian, maka nilainya cenderung bagus-bagus. "Tapi bukan berarti yang dapat nilai bagus itu dapat bocoran soal, atau mencontek ya," papar Nuh.
Dugaan yang terakhir adalah, tingkat kesulitan soal yang harus dikerjakan para guru. Seusai mengerjaan soal pada pelaksanaan UKA 25 Februari lalu, sejumlah guru mengeluh karena soal cukup sulit. Beberapa guru bahkan menyebut, soal yang dikerjakan tingkat kesulitannya sama seperti waktu kuliah. Dan selama menjadi guru, mereka tidak pernah membuka materi kuliah lagi.
Nuh mengatakan, tidak menjadi persoalan nilai-nilai yang diperoleh para guru itu rendah. "Toh faktanya seperti ini. Mau diapakan lagi. Selanjutnya adalah tugas LPTK (Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan, red) sebagai operator atau pelaksana PLPG untuk memperbaiki kemampuan para guru," urai Nuh.
Mantan rektor ITS itu menyebtukan, kesuksesan LPTK dalam melaksanakan PLPG adalah berhasil mengatrol nilai atau kemampuan guru dari hasil UKA dan ujian akhir setelah mengikuti proses PLPG. Nuh menegaskan, jika LPTK tidak bisa meningkatkan kemampuan guru setelah mengikuti PLPG, maka akan dikurangi kuotanya.
Di saat perolehan rerata nilai yang kurang bagus tadi, Kemendikbud masih menutup rapat informasi berapa guru yang lulus UKA. "Pertemuan ini khusus untuk menerangkan hasilnya dulu. Berapa jumlah yang lulus, nanti," kata dia. Pengumuman kelulusan UKA dilakukan besok (18/3).
Pada intinya, kata Nuh, yang lulus tidak bisa 100 persen. Hal itu merujuk pada kuota sebesar 250 ribu itu. Dia juga mengatakan harus merujuk pada nilai yang diperoleh saat UKA. "Jika hanya kuota saja, tidak perlu UKA," katanya. Sebab, menurut Nuh, UKA ini berfungsi sebagai alat penetapan kelayakan guru calon peserta sertifikasi.
Nuh menerangkan, bagi guru yang dinyatakan tidak lulus UKA bisa ikut lagi tahun depan. Sebelum ikut UKA lagi, mereka akan digembleng untuk dibina pada Mei dan Juni nanti. Dengan jadwal ini, diharapkan pada tahun ajaran baru 2012-2013, para guru yang tidak lulus UKA ini bisa mengajar lebih mantab.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar